Minggu, 01 Mei 2011

KEPERAWATAN MATERNITAS “PREEKLAMPSI DAN EKLAMPSI”


PREEKLAMSIA DAN EKLAMSIA
Preeklamsi
A.    Pengertian
Pre eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan edema.
B. Klasifikasi
Dibagi dalam 2 golongan :
a. Pre-eklampsi ringan, bila keadaan sebagai berikut :
~ Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi rebah terlentang/tidur    berbaring, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.
Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 x pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
~ Edema umum, kaki, jari tangan dan muka, atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih perminggu.
~ Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih perliter, kwalitatif 1+atau 2+ pada urin kateter atau midstream
b. Pre-eklampsi berat:
~ Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
~ Proteinuria 5 gr atau lebih perliter
~ Oliguria, jmlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
~ Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri di epigastrium
~ Ada edema paru dan sianosis

C. Etiologi
           
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori – teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan.
 D.Patofisiologi
           Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).

E. Manifestasi klinik
Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan : pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pre eklampsia ringan tidak ditemukan gejala – gejala subyektif. Pada pre eklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah. Gejala – gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul.

F. Tes Diagnostik
Tes diagnostik dasar
- Pengukuran tekanan darah, analisis protein dalam urin, pemeriksaan edema, pengukuran tinggi fundus uteri, pemeriksaan funduskopik.
- Tes laboratorium dasar
Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit pada sediaan apus darah tepi).
- Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat aminotransferase, dan sebagainya).
- Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).
- Uji untuk meramalkan hipertensi
- Pemberian infus angiotensin II.
G. Penatalaksanaan medik 
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti mengenai tanda – tanda sedini mungkin (pre eklampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklampsia.
Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah :
Untuk mencegah terjadinya pre eklampsi dan eklampsi.
Hendaknya janin lahir hidup.
Trauma pada janin seminimal mungkin.





Eklamsia
A.PENGERTIAN
             Eklamsia adalah Penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan dalam nifas dengan hipertensi, oedema dan proteinuria

B. ETIOLOGI
            Penyebab eklampsi belum diketahui benar.
Salah satu teori yang dikemukakan ialah bahwa eklampsi disebabkan ischemia rahim dan plasenta ( ischemia uteroplasenta ) selama dalam kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak. Pada mola hydalitadosa hydromnion, kehamilan ganda, mullipara, pada akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu, DM, peredaran darah dalam dinding rahim kurang, maka keluaran zat-zat dari plasenta deciduas yang menyebabkan vasospasmus dan hipertensi.









C. PATOFISIOLOGI
Peredarah dinding rahim berkurang(ischaemia rahim)

Placenta atau decidua mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan spasme (ischaemia uteroplacenta) dan hipertensi

Eklamsia

Mata terpaku
Kepala dipalingkan ke satu sisi
Kejang-kejang halus terlihat pada muka
(Invasi)

Badan kaku
Kadang episthotonus
(Kontraksi/Kejang Tonis)

Kejang hilang timbul
Rahang membuka dan menutup
Mata membuka dan menutup
Otot-otot badan dan muka berkontraksi dan berelaksasi
Kejang kuat terjadi dan kadang lidah tergigit
Ludah berbuih bercampur darah keluar dari mulut
Mata merah, muka biru
-Tensi tinggisekitar 180/110 mmHg
-Nadi kuat berisi-keadaan buruk nadi menjadi kecildan cepat
Demam,Pernafasan cepat, sianosisProteinuria dan oedema

Coma
Amnesia retrigrad post koma
D. TANDA DAN GEJALA
Pada umumnya kekejangan didahului oleh makin memburuknya preeclampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan,m ual keras, nyeri epigastrium hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan tidak segera diobati, akan timbul kejangan, terutama pada persalinan bahaya ini besar.

Konvulsi eklampsia dibagi dalam 4 tingkat :
a) Stadium invasi (awal atau aurora)
Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar, kepala dipalingkan kanan atau kiri yang berlangsung kira-kira 30 detik.
b) Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan jadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok ke dalam, pemafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit. Stadium ini berlangsung kira-kira 20-30 detik.
c) Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam waktu yang cepat. Mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur.
d) Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran (koma) ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang-kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya wanita tetap dalam keadaan koma. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu naik sampai 40°C.

Komplikasi serangan-serangan adalah :
a) Lidah tergigit
b) Terjadi perlukaan dan fraktur
c) Gangguan pernafasan
d) Perdarahanotak
e) Solutio plasentae
f) Merangsang persalinan
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Tes diagnostik dasar
- Pengukuran tekanan darah, analisis protein dalam urin, pemeriksaan edema, pengukuran tinggi fundus uteri, pemeriksaan funduskopik.
- Tes laboratorium dasar
Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit pada sediaan apus darah tepi).
- Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat aminotransferase, dan sebagainya).
- Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).
- Uji untuk meramalkan hipertensi
- Pemberian infus angiotensin II.
F. PENATALAKSANAAN

Prinsip penatalaksanaan eklampsi sama dengan pre-eklampsi berat dengan
tujuan utama menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan Ibu mengizinkan.
a) Penderita eklampsi harus dirawat inap di rumah sakit
b) Saat membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk mencegah
kejang-kejang selama dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat diberikan pethidin 100 mg atau Luminal200 mg atau Morfin l0 mg.
c) Tujuan perawatan rumah sakit adalah :
♦ Menghentikan konvulsi
♦ Mengurangi vaso spasmus
♦ Meningkatkan diuresis
♦ Mencegah infeksi
♦ Memberikan pengobatan yang tepat dan cepat
♦ Terminasi kehamilan dilakukan setelah 4 jam serangan kejang terakhir dengan tidak memperhitungkan tuanya kehamilan.
d) Sesampai di rumah sakit pertolongan pertama adalah:
♦ Membersihkan dan melapangkan jalan pernafasan
♦ Menghindarkan lidah tergigit
♦Pemberiano ksigen
♦ Pemasangan infus dektrosa atau glukosa 10% - 20%-40%
♦ Menjaga jangan terlalu trauma
♦ Pemasangan kateter tetap (dauer catheter)
e) Observasi ketat penderita ;
~ Dalam karnar isolasi : tenang, lampu redup-tidak terang, jauh dari kebisingan dan rangsangan
~ Dibuat daftar catatan yang dicatat selama 30 menit : tensi, nadi, respirasi, suhu badan, refleks, dan dieresis diukur. Kalau dapat dilakukan funduskopi sekali sehari. Juga dicatat kesadran dan jumlah kejang.
~ Pemberian cairan disesuaikan dengan jumlah diuresis, pada umumnya 2 liter dalam 24 jam.
~ Diperiksa kadar protein urine 24 jam kuantitatif,

G. KOMPLIKASI

Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama adalah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre-eklampsia dan eklampsia. Komplikasi di bawah ini biasanya terjadi pada pre-eklampsia berat dan eklampsia.
a) Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia.
b) Hipofibrirngenemia
c) Hemolisis.
Penderita dengan pre-eklampsi berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.
d) Perdarahan otak.
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
e) Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlansung sampai seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retin4 hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
f) Edema poru-paru. Hal ini disebabkan karena gagal jantung.
g) Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada pre-eklampsia dan eklampsia
merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
h) Sindroma HELLP. Yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.
i) Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
j) Kompliknsi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang-kejang pneumonia aspirasi, dan DIC (disseminated intra vascular coogulation)

















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS
PREEKLAMSIA DAN EKLAMSIA

A.PENGKAJIAN
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :
1. Data subyektif :
- Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , <> 35 tahun
- Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
- Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
- Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
- Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
- Psiko iasi spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya

2. Data Obyektif :
- Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
- Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
- Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
- Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks + )
- Pemeriksaan penunjang ;
• Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam
• Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
• Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
• Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
• USG ; untuk mengetahui keadaan janin
• NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

B. MASALAH KEPERAWATAN
a. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
b. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada plasenta
c. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir
d. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan

C. PERENCANAAN

Diagnosa keperawatan I : 
Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan : 
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil :
- Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
- Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg Suhu : 36-37 C
Nadi : 60-80 x/mnt RR : 16-20 x/mnt









Intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
      1. Monitor tekanan darah tiap 4 jam

4.      Catat tingkat kesadaran pasien

  1. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
  2. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus
  3. . Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM 

Ø      Tekanan diastole > 110 mmHg dan iasia 160 atau lebih merupkan indikasi dari PIH
Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
Ø      Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang

Ø      Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya persalinan
Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah terjadinya kejang 



Diagnosa keperawatan II :
Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada plasenta
Tujuan : 
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil :
- DJJ ( + ) : 12-12-12
- Hasil NST :
- Hasil USG ;

Intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
1. Monitor DJJ sesuai indikasi


2. Kaji tentang pertumbuhan janin


3. Jelaskan adanya tanda-tanda iasia plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin turun )
4. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
Ø      Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya iasia, iasia dan solusio plasenta
Ø      Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul
Ø      Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala iasia plasenta dan tahu akibat iasia bagi janin
USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin


Diagnosa keperawatan III :
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat mengantisipasi rasa nyerinya
Kriteria Hasil :
- Ibu mengerti penyebab nyerinya
- Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya


Intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
5.      Kaji tingkat intensitas nyeri pasien




2. Jelaskan penyebab nyerinya

3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul



4. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri

Ø      Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap nyerinya.
Ø      Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga ias kooperatif 
Ø      Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi.
Ø      untuk mengalihkan perhatian pasien


Diagnosa keperawatan IV :
Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
- Ibu tampak tenang
- Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
- Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang



Intervensi :
INTERVENSI
RASIONAL
6.      Kaji tingkat kecemasan ibu




2. Jelaskan mekanisme proses persalinan



3. gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif

4. Beri support system pada ibu

Ø      Tingkat kecemasan ringan dan sedang ias ditoleransi dengan pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
Ø      Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi emosional ibu yang maladaptive
Ø      Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu efektif
Ø      ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang sekarang secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati 








D. EVALUASI
Ø      Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
Ø      TTV kembali normal
Ø      Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
Ø      Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin
Ø      Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat mengantisipasi rasa nyerinya
Ø      Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang







DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI, Perawatan Kebidanan Yang Berorientasi Pada Keluarga, (Perawatan III), Jilid 1, Edisi 3, Jakarta, 1990.
Doenges, ME dan Moorhouse, MF, Rencana Perawatan Maternal/Bayi, Edisi 2, Jakarta, EGC, 2001.
Hamilton, MP, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Jakarta, EGC, 1995.
Mansjor A, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Media Aeusculapius, 1999.
Mochtar Rusta, Sinopsis Obstetri, Jilid 1 dan Jilid 2, Jakarta, EGC, 1998.
Prawirohardjo S, Ilmu Kebidanan dan Ilmu Bedah Kebidanan, Edisi 3, Yayasan Bina Pustaka, 1999.
Prawirohardjo S, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, 2000.
Rauf, S, Diktat Kuliah Keperawatan Maternitas, 2001.
Sulaiman S, Obstetri Fisiologi, Bagian Obstetri Gynekology Fakultas Kedokteran UNPAD, Bandung, 1989.









BAB IV
PENUTUP
  1. KESIMPULAN
1.      Tingkat kematian ibu akibat komplikasi kehamilan tetap tinggi walaupun mengalami penurunan setiap tahun.
2.      Penyebab kematian ibu yang utama adalah perdarahan, eklampsia, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Eklampsi merupakan salah satu dari tiga besar penyebab kematian ibu  di seluruh  dunia, bukan hanya di Indonesia. 
3.      Di negara-negara berkembang, frekuensi PE-E dilaporkan berkisar antara 0,3%-0,7% sedangkan di negara-negara maju angka tersebut lebih kecil yaitu 0,05%-0,1%.Distribusi menurut golongan umur paling banyak pada usia >35 tahun dan banyak faktor yang mempengaruhi kejadian PE-E.
  1. SARAN
1.      Untuk pemerintah hendaknya program untuk menurunkan angka kematian ibu benar-benar dijalankan bukan hannya selogan saja.
2.      Perlu ditingkatkan promosi dan pendidikan KIA hingga tingkat Rumah Tangga.
3.      Program pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu hendaknya dapat menjangkau seluruh provinsi yang ada di Indonesia
4.      Setiap wanita hamil hendaknya melakukan kunjungan antenatal selama periode antenatal untuk mencegah komplikasi kehamilan secara dini.
5.      Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang penyebab terjadinya komplikasi kehamilan sebagai upaya memenukan teori baru untuk mencegah kematian ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar